.quickedit{ display:none; }

Senin, 22 Desember 2014

Sweet Moment In October ( Part I )

Diposting oleh Unknown di 18.34 0 komentar


“ Din, tunggu.”   Dini yang sedang berlari kecil terpaksa menoleh mendengar ada yang memanggilnya.


“ Kenapasih ko buru-buru banget? Memangnya kamu piket hari ini? “ Tanya Amel dengan mengikuti langkah Dini yang terlihat tergesa-gesa.


“ Aku harus mengumpulkan tugas kepada Bu Merlin lebih awal hari ini. Soalnya kemarin aku telat mengumpulkan tugasnya. “ Terlihat wajah Dini yang begitu panik.


“ Halah, kamu ini memang selalu telat mengumpulkan tugas. Alhasil jadi begini kan. Makanya kaya aku dong, selalu tepat waktu kalau urusan tugas. Hahaha. “ Cibiran Amel tepat mendarat di telinga Dini sehingga membuatnya rada jengkel.


“ Lebih baik telat mengumpulkan tugas kan, dari pada harus di jemur di tengah lapangan karena membuat gaduh di kelas? “ Dini mendelik dan tertawa kecil. Namun langkah Dini seketika berhenti melihat ada sesosok lelaki bertubuh sixpack yang melambaikan tangan dari kejauahan.


“ Ko berhenti Din? Tadi katanya buru-buru mau mengumpulkan tugas. Ayo cepat. “ Amel langsung menyeret Dini layaknya anak yang sedang di marahi oleh ibu tirinya.


“ Tunggu Mel, coba deh lihat cowok itu. “ Tatapan Dini tepat pada lelaki yang sedari tadi masih betah dengan lambaian tangannya itu. 

“ Yang mana sih Din? “ Tanya Amel dengan nada yang penuh tanda Tanya.


“ Itu Mel, dia menghampiri kita. “


“ Hai, Din. Met pagi. “ Sapa lelaki itu dengan senyum yang mengembang.


Sejenak Dini bengong. Sebenarnya ia ragu untuk membalas sapaan lelaki itu. Sungguh, Dini sama sekali tidak mengenal laki-laki yang sedang berdiri dihadapannya.


“ Pagi juga. “ Dini menjawab dengan nada yang ragu.


“ Oh jadi Dini nih yang disapa? Ko aku enggak? “


Lelaki itu tertawa kecil. “ Haha iya pagi juga yaaa. Aku duluan ya ke kelas. Sampai nanti. “


“ Din, kamu ko punya kenalan baru ngga bilang-bilang sih? Jadi gitu ya udah enggak mau cerita sama aku lagi? “ Amel mencolek Dini yang masih diam terpaku.


“ Kenalan gimana maksud kamu? Aku nggak kenal dia ko dibilang kenalan. Mungkin saja dia salah orang. “


“ Salah orang gimana sih, udah jelas dia manggil nama kamu. “


“ Iya juga sih. “ Sejenak Dini terdiam makin bingung. “ Udah ah enggak usah dipikirin. Buruan yuk, nanti aku dimarahi Bu Merlin. “ Kedua sosok mungil itu berlarian kecil menuju ruang guru. Rambut Dini yang hitam berkilau menutupi wajahnya yang ayu nan anggun.



~***~


Oktober memang selalu menjadi bulan yang penuh warna-warni pelangi. Bagi Dini, Oktober adalah bulan miliknya. Peristiwa yang menyenangkan selalu menghampiri Dini setiap bulan Oktober. Kejadiannya memang tak sama, hanya saja setiap bulan Oktober, hati Dini selalu saja dipenuhi dengan warna layaknya Taman Bunga.


Oktober dua tahun yang lalu, mama melahirkan anak laki-laki yang sangat di idam-idamkan oleh Dini. Fahran Al-Zenar namanya. Sampai saat ini dan sampai kapanpun Dini akan tetap menyayangi adik kecilnya yang mungil itu. Terlebih saat adiknya mulai beranjak menjadi anak laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Semenjak kehadiran Zenar, Dini tak lagi kesepian. Di kala Dini jenuh dengan tugas yang menumpuk, selalu Zenar yang membuat Dini menjadi semangat.


Setahun yang lalu, di bulan Oktober pula. Dini mendapat kabar bahwa ia mendapat beasiswa di Universitas yang ia inginkan sejak duduk di bangku SMP. Beasiswa itu akan ditempuh Dini setelah ia lulus SMA nanti. Dini berjanji akan sungguh-sungguh dalam memanfaatkan beasiswa yang telah diberikan. Lagi-lagi dibulan Oktober. Mungkin memang sudah jalannya keperuntungan Dini ada dibulan Oktober.


Tahun ini, Oktober hampir datang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Dini selalu berharap kejadian yang membuatnya senang datang kembali. Terpaan hujan dan cuaca yang selalu menusuk tulang tak membuat Dini menjadi malas untuk menyambut Oktober manis. Akankah keperuntungan hadir kembali saat bulan Oktober tahun ini?



Sweet Moment In October ( Part I )



“ Din, tunggu.”   Dini yang sedang berlari kecil terpaksa menoleh mendengar ada yang memanggilnya.


“ Kenapasih ko buru-buru banget? Memangnya kamu piket hari ini? “ Tanya Amel dengan mengikuti langkah Dini yang terlihat tergesa-gesa.


“ Aku harus mengumpulkan tugas kepada Bu Merlin lebih awal hari ini. Soalnya kemarin aku telat mengumpulkan tugasnya. “ Terlihat wajah Dini yang begitu panik.


“ Halah, kamu ini memang selalu telat mengumpulkan tugas. Alhasil jadi begini kan. Makanya kaya aku dong, selalu tepat waktu kalau urusan tugas. Hahaha. “ Cibiran Amel tepat mendarat di telinga Dini sehingga membuatnya rada jengkel.


“ Lebih baik telat mengumpulkan tugas kan, dari pada harus di jemur di tengah lapangan karena membuat gaduh di kelas? “ Dini mendelik dan tertawa kecil. Namun langkah Dini seketika berhenti melihat ada sesosok lelaki bertubuh sixpack yang melambaikan tangan dari kejauahan.


“ Ko berhenti Din? Tadi katanya buru-buru mau mengumpulkan tugas. Ayo cepat. “ Amel langsung menyeret Dini layaknya anak yang sedang di marahi oleh ibu tirinya.


“ Tunggu Mel, coba deh lihat cowok itu. “ Tatapan Dini tepat pada lelaki yang sedari tadi masih betah dengan lambaian tangannya itu. 

“ Yang mana sih Din? “ Tanya Amel dengan nada yang penuh tanda Tanya.


“ Itu Mel, dia menghampiri kita. “


“ Hai, Din. Met pagi. “ Sapa lelaki itu dengan senyum yang mengembang.


Sejenak Dini bengong. Sebenarnya ia ragu untuk membalas sapaan lelaki itu. Sungguh, Dini sama sekali tidak mengenal laki-laki yang sedang berdiri dihadapannya.


“ Pagi juga. “ Dini menjawab dengan nada yang ragu.


“ Oh jadi Dini nih yang disapa? Ko aku enggak? “


Lelaki itu tertawa kecil. “ Haha iya pagi juga yaaa. Aku duluan ya ke kelas. Sampai nanti. “


“ Din, kamu ko punya kenalan baru ngga bilang-bilang sih? Jadi gitu ya udah enggak mau cerita sama aku lagi? “ Amel mencolek Dini yang masih diam terpaku.


“ Kenalan gimana maksud kamu? Aku nggak kenal dia ko dibilang kenalan. Mungkin saja dia salah orang. “


“ Salah orang gimana sih, udah jelas dia manggil nama kamu. “


“ Iya juga sih. “ Sejenak Dini terdiam makin bingung. “ Udah ah enggak usah dipikirin. Buruan yuk, nanti aku dimarahi Bu Merlin. “ Kedua sosok mungil itu berlarian kecil menuju ruang guru. Rambut Dini yang hitam berkilau menutupi wajahnya yang ayu nan anggun.



~***~


Oktober memang selalu menjadi bulan yang penuh warna-warni pelangi. Bagi Dini, Oktober adalah bulan miliknya. Peristiwa yang menyenangkan selalu menghampiri Dini setiap bulan Oktober. Kejadiannya memang tak sama, hanya saja setiap bulan Oktober, hati Dini selalu saja dipenuhi dengan warna layaknya Taman Bunga.


Oktober dua tahun yang lalu, mama melahirkan anak laki-laki yang sangat di idam-idamkan oleh Dini. Fahran Al-Zenar namanya. Sampai saat ini dan sampai kapanpun Dini akan tetap menyayangi adik kecilnya yang mungil itu. Terlebih saat adiknya mulai beranjak menjadi anak laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Semenjak kehadiran Zenar, Dini tak lagi kesepian. Di kala Dini jenuh dengan tugas yang menumpuk, selalu Zenar yang membuat Dini menjadi semangat.


Setahun yang lalu, di bulan Oktober pula. Dini mendapat kabar bahwa ia mendapat beasiswa di Universitas yang ia inginkan sejak duduk di bangku SMP. Beasiswa itu akan ditempuh Dini setelah ia lulus SMA nanti. Dini berjanji akan sungguh-sungguh dalam memanfaatkan beasiswa yang telah diberikan. Lagi-lagi dibulan Oktober. Mungkin memang sudah jalannya keperuntungan Dini ada dibulan Oktober.


Tahun ini, Oktober hampir datang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Dini selalu berharap kejadian yang membuatnya senang datang kembali. Terpaan hujan dan cuaca yang selalu menusuk tulang tak membuat Dini menjadi malas untuk menyambut Oktober manis. Akankah keperuntungan hadir kembali saat bulan Oktober tahun ini?



 

Tika Yandini Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez